Minat: Faktor utama yang harus diketahui adalah minat anak. Mengetahui minta memudahkan memilih sekolah. Biaya: Pertimbangkan masalah biaya. Sebelum mendaftar tanya secara detil biaya apa saja yang kira-kira akan dikeluarkan sepanjang menuntaskan pendidikan. Prospek: Lihat prospek masa depan setelah lulus. Jangan hanya karena sedang trend maka memutuskan masuk sekolah itu. Cari tahu info tentang prospek masa depan dari jurusan yang diambil. Reputasi: Perhatikan pula fasilitas belajar-mengajarnya, kualitas lulusannya, dan bagaimana reputasi sekolah tersebut di kalangan pendidik. Status Akreditasi: Bila sekolah swasta pertanyakan status akreditasinya. Status akreditasi menentukan kemandirian suatu sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jalur dan Jenjang Pendidikan: Saat ini banyak sekali program pendidikan dengan berbagai jangka waktu tempuh pendidikan. Untuk Indonesia, kita memiliki 2 jenjang jalur pendidikan yaitu jalur akademik (strata 1, 2, 3) serta jalur profesional (diploma 1, 2, 3). Jalur akademik menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan jalur profesional menekankan pada keahlian tertentu. Tapi ingat, harus bisa membedakan antara jalur diploma yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi dan jalur diploma yang diselenggarakan oleh lembaga kursus. Biasanya lembaga kursus akan menjaring siswanya dengan mengiming-imingi kata-kata 'setara' diploma 1, diploma 2 atau diploma 3. Hati-hati. Fasilitas Pendidikan: Hati-hatilah dengan tampilan fisik. Gedung megah dan ber-AC saja tidak cukup untuk menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Fasilitas utama yang harus kami ketahui dalam suatu sekolah adalah seberapa baik dan bagusnya fasilitas seperti laboratorium (komputer, akuntansi, bahasa, dan lain-lain), studio dan perpustakaan yang dimiliki.
PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK
Minat: Faktor utama yang harus diketahui adalah minat anak. Mengetahui minta memudahkan memilih sekolah. Biaya: Pertimbangkan masalah biaya. Sebelum mendaftar tanya secara detil biaya apa saja yang kira-kira akan dikeluarkan sepanjang menuntaskan pendidikan. Prospek: Lihat prospek masa depan setelah lulus. Jangan hanya karena sedang trend maka memutuskan masuk sekolah itu. Cari tahu info tentang prospek masa depan dari jurusan yang diambil. Reputasi: Perhatikan pula fasilitas belajar-mengajarnya, kualitas lulusannya, dan bagaimana reputasi sekolah tersebut di kalangan pendidik. Status Akreditasi: Bila sekolah swasta pertanyakan status akreditasinya. Status akreditasi menentukan kemandirian suatu sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jalur dan Jenjang Pendidikan: Saat ini banyak sekali program pendidikan dengan berbagai jangka waktu tempuh pendidikan. Untuk Indonesia, kita memiliki 2 jenjang jalur pendidikan yaitu jalur akademik (strata 1, 2, 3) serta jalur profesional (diploma 1, 2, 3). Jalur akademik menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sedangkan jalur profesional menekankan pada keahlian tertentu. Tapi ingat, harus bisa membedakan antara jalur diploma yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi dan jalur diploma yang diselenggarakan oleh lembaga kursus. Biasanya lembaga kursus akan menjaring siswanya dengan mengiming-imingi kata-kata 'setara' diploma 1, diploma 2 atau diploma 3. Hati-hati. Fasilitas Pendidikan: Hati-hatilah dengan tampilan fisik. Gedung megah dan ber-AC saja tidak cukup untuk menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Fasilitas utama yang harus kami ketahui dalam suatu sekolah adalah seberapa baik dan bagusnya fasilitas seperti laboratorium (komputer, akuntansi, bahasa, dan lain-lain), studio dan perpustakaan yang dimiliki.
Hanya 144.000 Orang Kristen yang masuk Surga
“barang siapa percaya akan Yesus kristus, maka ia akan masuk sorga ”
Yang dimaksud ialah, barang siapa mengakui Yesus mati disalib untuk menebus dosa manusia dan mengakui Yesus sebagai Tuhan maka ia akan masuk sorga, dan barang siapa mau dibaptis untuk menjadi pengikut Yesus maka ia akan terselamatkan dan akan masuk dalam kerajaan sorga.
Padahal Yesus sendiri, sama sekali tidak pernah disalib dan belum mati, baik dari dalil-dalil yang ada dalam Al-Qur’an maupun dalam Alkitab, dan Yesus juga sama sekali tidak pernah mengaku sebagai Tuhan, dia justru mengaku sebagai manusia utusan Allah SWT, dalil-dalil tersebut berpuluh-puluh jumlahnya baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Alkitab.
Tetapi dalam pembahasan ini, kami tidak akan menyinggung tentang dogma-dogma tersebut, kami ingin mengkaji bahwa dalam Alkitab disebutkan pengikut Yesus yang akan masuk sorga hanyalah 144.000 orang saja, itupun hanya dari orang-orang Israel saja, selain dari orang-orang Israel tentu Yesus tidak mau bertanggung jawab. Ini menurut Alkitab.
Melihat angka hanya 144.000 yang akan masuk sorga dari pengikut Yesus tentu memberikan tanda tanya besar, bagaimana dengan orang-orang Kristen yang jumlahnya dua milyard lebih di dunia saat ini. Apakah mereka akan masuk sorga ? seperti keyakinan mereka ?
Menurut Alkitab, yaitu kitab yang mereka bawa-bawa tiap minggu ke gereja, tidak ada satupun pintu sorga yang akan menerima mereka, 12 pintu sorga yang dikisahkan dalam Alkitab hanya diperuntukkan bagi 12 suku Israel, karena pintu-pintu itu telah bertuliskan nama-nama 12 suku Israel, jadi bagaimana nasib pengikut-pengikut Yesus dari luar suku Israel yang tentu saja berharap masuk surga ?
Pada akhir tulisan kita kutipkan ulasan majalah TEMPO ediri 3 Juli 2005, yang mengulas keyakinan orang-orang Kristen Advent yang menyatakan : “UMAT ISLAM ADALAH GOLONGAN YANG DITERIMA TUHAN”
Yesus Hanya Untuk Orang Israel
Al-Qur’an mengisahkan Nabi Isa as pernah berkata kepada kaumnya bani Israel :
"Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu” QS. 61:6
Seruan nabi Isa as ini menegaskan bahwa nabi Isa as diutus Allah SWT hanyalah untuk orang Israel, nabi Isa as tidak pernah mengatakan :
“Hai manusia“, yang menunjukkan nabi Isa as tidak diutus untuk seluruh manusia.
Ternyata pernyataan Al-Qur’an tersebut didukung oleh kenyataan sejarah nabi Isa as (Yesus) yang hanya memiliki umat dari orang-orang Israel saja, pengikut Yesus tak ada satupun yang berasal dari orang-orang non Israel. Bukan saja sejarah yang mendukung pernyataan Al-Qur’an tersebut, tetapi banyak sekali ayat-ayat dalam Bible/Alkitab yang juga mendukung pernyataan Al-Qur’an tersebut :
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Injil Matius 15:24
Bahkan Alkitab mengisahkan Yesus hanya mau mendo’akan orang-orang Israel saja, orang-orang diluar Israel Yesus tidak mau mendo’akan :
Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan Kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu Injil Yohanes 17:9
yang dimaksud ‘mereka’ dalam ayat tersebut ada-lah orang-orang Bani Israel, dan yang dimaksud Yesus tidak berdo’a untuk dunia adalah Yesus tidak mau mendo’akan orang-orang non Israel, tentu saja Yesus hanya memimpin dan mengembalakan domba-domba yang tersesat dari kalangan bani Israel.
Sebelum Yesus dilahirkan oleh Maria (Islam : Maryam), telah ada nubuat yang menyatakan bahwa Maria akan melahirkan seorang anak yang kelak akan menyelamatkan orang-orang Israel.
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Injil Matius 1:21
yang dimaksud umatnya adalah orang-orang Israel saja, bukan orang Cina, bukan orang Amerika, bukan orang Indonesia yang akan diselamatkan oleh Yesus. Yesus memang hanya untuk Israel.
HANYA 144.000 YANG MASUK SYURGA
Al-Qur’an menyebutkan bahwa Israel terdiri dari dua belas suku :
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar QS. 7:160
Dalam Alkitab juga disebutkanbahwa Israel terbagi menjadi 12 suku :
Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya… Kejadian 49:28
Dalam Alkitab disebutkan Yesus memilih dua belas murid yang diambil dari dua belas suku Israel untuk membantu dakwanya :
Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia. Injil Matius 10:2-4
Yesus dan murid-muridnya berdakwah hanya untuk dua belas suku Israel ini saja, Yesus melarang murid-nuridnya untuk berdakwa kepada orang-orang selain bangsa Israel :
Ke duabelas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil. Injil Matius 10:5-6
Bahkan ada nubuat, kelak setelah hari kiamat yaitu hari penghakiman, dua belas murid Yesus tersebut ikut bersama-sama Yesus menghakimi dua belas suku Israel :
.. sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Injil Matius 19:28
Jadi Yesus hanya menghakimi orang-orang dari Israel saja, Yesus tidak bertanggung jawab terhadap orang-orang non Israel di seluruh dunia ini.
Menurut Alkitab, hanya 144.000 orang yang akan masuk syurga :
Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. Wahyu 7:4
Dari 144.000 orang yang dijamin masuk syurga tersebut adalah dari dua belas suku Israel yang masing-masing suku mendapat jatah 12.000 :
Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan,
dari suku Ruben dua belas ribu,
dari suku Gad dua belas ribu,
dari suku Asyer dua belas ribu,
dari suku Naftali dua belas ribu,
dari suku Manasye dua belas ribu,
dari suku Simeon dua belas ribu,
dari suku Lewi dua belas ribu,
dari suku Isakhar dua belas ribu,
dari suku Zebulon dua belas ribu,
dari suku Yusuf dua belas ribu,
dari suku Benyamin dua belas ribu. Wahyu 7:5-8
Dua belas suku Israel tersebut adalah definisi secara lahiriah, memang betul-betul orang Israel secara fisik, bukan Israel secara Rohani. Jadi menurut ayat tersebut, orang-orang non Israel tidak ada jaminan masuk syurga. Dalam ayat yang lain disebutkan bahwa pintu syurga yang tersedia, sudah tertulis nama-nama suku Israel :
Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua be-las malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel, Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. Wahyu 21:12-13
Untuk orang-orang non Israel, Amerika, Cina, Indonesia, dan lain sebagainya, Alkitab tidak menyebutkan adanya pintu syurga bagi mereka. Tentu untuk masuk syurga, haruslah dengan dalil yang bersumber dari yang menciptakan syurga itu sendiri.
Alkitab justru memberikan keterangan seba-liknya, bahwa Yesus diutus hanya untuk menye-lamatkan orang-orang Israel saja :
Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. Kisah Para Rasul 13:23
Dalil-dalil alkitab ini, sungguh bertentangan dengan kenyataan agama Kristen yang menyebar keseluruh dunia, menurut ayat-ayat Alkitab tersebut di atas, Yesus tidak akan menerima iman dari orang-orang non Israel, artinya iman-iman orang Kristen seluruh dunia, akan tertolak dengan sendirinya oleh Yesus. Namun, akhirnya kembali pada keyakinan masing-masing orang, kita hanya berkewajiban mendakwakan kebenaran hakiki. Namun, tentu kita tidak akan rela bila saudara-saudara kita yang miskin terintimidasi ke dalam agama mereka.
Pintu Syurga, Hanya Melalui Islam
Allah SWT menyatakan bahwa Muhammad saw adalah seorang utusan bagi seluruh alam :
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (men-jadi) rahmat bagi semesta alam QS. 21:107
Allah SWT menegaskan lagi, bahwa risalah yang dibawa beliau SAW adalah untuk seluruh alam :
Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. QS. 38:87
Sehingga tidak mengherankan bila seruan-seruan dalam Al-Qur’an dimulai dengan seruan “hai manusia” atau “Hai bani Adam” yang menunjukkan keu-niversalan sifat orang-orang yang diseru.
Dalam Alkitab, Yesus memberitakan tentang Islam dan memerintahkan umatnya untuk bertobat .
Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Injil Matius 4:17
Yang dimaksud kerajaan syurga adalah agama Islam yang di bawa nabi Muhammad saw, hal ini diperkuat dengan ayat berikut ini :
….Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu Injil Matius 21:43
Semua dalil-dalil tersebut sangat bersesuaian, bahwa untuk dapat masuk syurga, jalan satu-satunya hanyalah dengan masuk agama Islam. Mari kita susun kembali fakta-fakta tersebut di atas :
1. Risalah Yesus hanya untuk orang Israel
2. Hanya 144.000 pengikut Yesus yang masuk syurga.
3. Pintu syurga melalui ajaran Yesus hanyalah bagi dua belas suku Israel.
4. Yesus memerintahkan untuk mengikuti agama Muhammad saw.
5. Agama Islam adalah Rahmatan Lil Alamin.
Dan Allah SWT menegaskan dalam firmanNYA :
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. QS. 3:85
Orang-orang Kristen yang mau menggunakan akal sehatnya, tentu akan mengetahui kebenaran secara nyata, seperti sebagian orang-orang Kristen Advent yang telah menyatakan bahwa umat Islamlah yang akan diterima Allah SWT. Berikut ini kutipan kesaksian Kristen Advent yang menyatakan : “Umat Islam-lah Golongan Yang Diterima Tuhan”
GEREJA YANG NYARIS BERTAUHID
Seorang jemaat Kristen Advent mewartakan ajaran “Islam Hanif”, pendeta dan umat Advent terbelah.
Sekitar 500 jemaat Kristen Advent tiga pekan lalu berkumpul di ruang pertemuan gedung Argo Pantes di jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Beberapa saat setelah mereka menyenandungkan lagu-lagu rohani, seorang lelaki naik mimbar, namanya Robert P. Walean. Dengan menggunakan perangkat FOCUS, ia mempresentasikan apa yang ia sebut dengan “Islam Hanif”. Dengan lantang iapun berfatwa, “Alkitab dengan Al-Qur’an me-nunjukkan bahwa Islam-Hanif adalah ajaran yang diterima Allah”
Lelaki kelahiran Manado 67 tahun silam itu ti-dak sedang bercanda. Setelah tiga tahun meneliti Alkitab dan Al-Qur’an, ia mengaku menemu-kan ajaran Islam-Hanif. Penemuan ini bermula ketika Robert bangkrut sebagai eksportir furnitu-re. Sejak itu, sarjana ekonomi dari perguruan tinggi swasta di Jakarta itu banting setir, “Saya tak ingin mengejar dunia lagi. Lebih baik mengurus akhirat,” katanya.
Ia lalu mendirikan Last Event Duty Institute, sebuah lembaga penelitian Alkitab dan Al-Qur-’an, di rumahnya, kawasan Koja, Jakarta Utara. Setelah sekitar tiga tahunbersama sejumlah pendeta Advent membolak-balik dua kitab suci tersebut, akhirnya ia menemukan sebuah firman dalam Yesaya 60:7, “Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba nebayot tersedia untuk ibadahmu, sebagai korban yang berkenan kepada-KU, dan AKU akan menyemarakkan rumah keagungan-KU…”
Dari ayat inilah Robert yakin, umat Islam adalah golongan yang diterima Tuhan. Sebab, dalam pandangan Kristen, orang Kedar dan Nebayot adalah keturunan nabi Ibrahim dari garis Ismail yang menganut Islam, tetapi ia belum memiliki nama aliran yang barusan ia temukan. Setelah berhari-hari melototi isi Al-Qur’an, ia berhenti pada surat 16:123. "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dari sinilah kemudian ia mengusung nama “Islam-Hanif”, Islam yang lurus.
Bagaimana pandangan syariat selengkapnya ?
Robert punya jawaban singkat :
“Semua perilaku Nabi Ibrahin dan Muhammad saw adalah Islam Hanif.” Tapi, itu tak berarti sama persis seperti Islam, sebab hari suci dalam Islam Hanif versi Robert bukanlah Jum’at, melainkan Sabtu alias Sabath, sebagaimana juga dalam Kristen Advent.
Gampang diduga, ajaran Robert menuai pro dan kontra, bahkan juga di kalangan Kristen Advent sendiri. Menurut Tri Djoko Soewarso MA, Direktur Komunikasi Gereja Kristen Advent Indonesia Barat, pendeta Kristen Advent terbelah dua. Begitu pula sekitar 400 ribu pemeluk Advent di Indonesia, sebagian mendukung, sebagian menolak. Walau begitu, gereja Advent tidak melarang aktivitas Robert di gereja dan pertemuan jemaatnya. “Pak Robert mencoba mewartakan ajaran Tuhan menurut versinya,” ujarnya.
Dukungan bagi Robert umumnya datang dari kelompok pendeta yang “berpikiran maju.” Pendeta L. Situmorang dari gereja Masehi Hari Ketujuh di Jalan Dr. Saharjo, jakarta Pusat, misalnya, menyambut ajaran Robert secara terbuka. Ia menulis pernyataan resmi tertanggal 23-1-05 yang isinya membenarkan hasil kajian Robert. Salah satu butir penting dalam surat bermeterai itu langsung menohok ke Jantung Teologi Kristen:
“mengakui Muhammad adalah utusan Allah, Robert sendiri mengaku telah memiliki pengikut sekitar 500 orang “.
Kini, sehari-hari Robert aktif mewartakan “Islam Hanif” ke pelbagai penjuru negeri. Jadwal hariannya berkisar pada kegiatan gereja, pertemuan jemaat, termasuk berbagai seminar di dalam dan di luar negeri. Dan ia sama sekali tak menghiraukan cemooh dan penolakan. Toh, katanya, ”Semua nabi awalnya juga ditolak oleh umatnya”
Maka, Jika ke-hanif-an Robert diteruskan, bukan tak mungkin ia akan sampai pada ajaran tauhid. Apalagi jika ia merenungkan surat 3:67: “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau Nasrani, melainkan seorang hanif dan Muslim”.
Gerakan Sholat Bermanfaat Untuk Kesehatan Tubuh
CITRA CINTA
Dihiasi alam manusiawi
Dengan cinta sebagai rahmat-Nya
Agar dapat hidup berkasih-sayang
Laki-laki dan perempuan
Agar dapat mengembangkan keturunan
Demi penerus perjuangan
Begitulah Tuhan meletakkan
Nilai cinta dalam kesucian
Jadi janganlah kau menyalahgunakan
Sebagai pemuas nafsu syetan
Dan juga janganlah cinta kaujadikan
Alat pembuat kerusakan
Bila datang rasa cinta
Hati-hati dan waspada
Jaga, pelihara, serta kuasailah
Sehingga sampai waktunya
Halal bagimu berdua
Bila biduk cinta tiba di titik nikah
Banyak sudah tunas-tunas muda
Berguguran sebelum berkembang
Korban dari nafsu birahi durjana
Yang mengatasnamakan cinta
Janganlah kau menodai citra cinta
Yang memang suci dan mulia
Syukurilah anugerah cinta
Pelihara nilai citra cinta
Berkurban, Berkorban, dan Berqurban
Adha, Haji, atau Kurban, semuanya berasal dari bahasa Quran. Adh-ha yang berarti kurban (jangan kacaukan dengan korban pakai ’o’! Maknanya lain!) karena pada hari itu umat Islam merayakannya dengan menyembelih ternak sebagai tanda bakti dan taat kepada Allah. Sedangkan Qurban bisa berarti pendekatan. Tentu saja pendekatan kepada Al-Khaliq, Allah Azza wa Jalla. Kita sering mengistilahkannya dengan taqarrub, mendekat-dekat atau berusaha dekat kepada-Nya. Karena itu, sejak 1 Dzulhijjah, kita dianjurkan memperbanyak amalan-amalan ibadah seperti puasa, bersembahyang, bersilaturahmi, dan berzikir, mengagungkan Allah.
Di saat-saat Idul Adha seperti ini, biasanya umat Islam -"baru"- teringat kepada Bapak para Nabi, Khalilullah Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail -alaihimus salaam! Mereka yang teringat pun banyak yang tidak sempat merenungkan keagungan pengorbanan kedua nabi itu, apalagi sambil membandingkan kesiapan berkorban diri sendiri.
Bayangkan. Nabi Ibrahim sudah lama sekali ingin mempunyai keturunan yang dapat melanjutkan perjuangannya. Baru setelah sangat sepuh beliau dikaruniai Ismail. Tempatkan diri Anda di tempat beliau dan rasakan, betapa gembira dan bahagianya. Lalu, tiba-tiba setelah si anak ketok moto (membanggakan dipandang, Red), seperti sudah kita ketahui, Allah memerintahkan untuk menyembelihnya.
Bagi umumnya kita, kehilangan anak saja sudah merupakan malapetaka, apa pula dengan menghilangkan anak yang nota bene sudah lama didambakan dan diidam-idamkan. Adakah keikhlasan berkorban demi kekasih yang sehebat dan seagung itu?
Ya, ada. Yaitu, keikhlasan berkorban sang putra, Ismail, yang dengan ketulusan luar biasa menyerahkan nyawanya demi Sang Kekasih yang sama. Dua hamba Allah telah membuktikan cinta mereka yang agung dengan pengorbanan yang agung. Anak, belahan jiwa, dan nyawa sendiri! Allahu Akbar!
Keduanya telah membuktikan bahwa pernyataan mereka tulus, bukan pernyataan kosong yang hanya sebagai kembang lambe (pemanis bibir). Mereka benar-benar memurnikan kepasrahan hanya kepada Allah. Mengakui dan menyadari bahwa pemilihan hakiki hanya pada Allah. Bahwa semuanya, tanpa kecuali, adalah milik Allah, tak berbagi dengan siapa pun, termasuk dengan diri sendiri.
Inna shalaati wanusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi Rabbil ’aalamien; laa syarieka lahu wa bidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimien. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku, semata-mata milik Allah Tuhan sekalian alam; tak ada seorang pun yang ikut bersama-Nya memiliki. Untuk itulah aku diperintahkan dan aku adalah orang pertama yang menerima, yang pasrah, yang Islam!
Maka, sudah sepatutnyalah kedua nabi agung itu mendapatkan tempat terdekat di sisi-Nya sebagai kekasih-kekasih-Nya.
Sekarang kita, yang setiap saat juga berikrar seperti Nabi Ibrahim AS, Inna shalaati wanusuki… dan seterusnya. Jangan tanya tentang apakah kita sudah mampu melepas "kepemilikan" dari diri kita sendiri dan menisbatkannya hanya kepada Allah? Tanya saja, apakah kita sudah dapat menghilangkan rasa sayang melepas sebagian "milik" kita demi Allah?
Membeli kambing untuk kurban -meniru Nabi Ibrahim AS- saja, kita membelinya ngloloni pada bulan-bulan sebelum mendekati Dzulhijjah untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Jika sedang di masjid, ketemu "kotak amal", kalaupun kita membuka dompet, maka yang kita cari untuk kita masukkan ke dalamnya adalah pecahan yang terkecil. Ketika dekat Baitullah, rumah Allah, saja kita tak sudi berkorban sedikit tempat atau sedikit kesempatan kepada sesama hamba Allah.
Kita memilih berkelahi dengan sesama saudara -yang dilarang Allah- daripada, misalnya, mengikhlaskan sedikit tempat di maqam mustajab atau sedikit kesempatan mencium Hajar Aswad kepada sudara kita. Padahal, kita hafal sabda Nabi Muhammad SAW, "Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibba li akhiihi maa yuhibbu linafsihi." (Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu sebelum dia menyukai untuk saudaranya sebagaimana dia menyukai untuk dirinya sendiri).
Setiap saat kita terus dituntun kehidupan yang serba material untuk semakin menjadi orang yang kemilikan. Jangankan apa yang kita anggap milik kita sendiri, "milik" orang pun, kalau bisa, ingin kita kuasai untuk kita sayangi. Bahkan, kehidupan yang serba material itu, tanpa sepenuhnya kita sadari, telah menyeret kita kepada mencintai diri sendiri yang berlebihan.
Maka, dalam kondisi seperti itu, berkorban tentu merupakan sesuatu yang sangat berat, bahkan mungkin ganjil. Lihatlah mereka yang suka berkoar-koar seolah paling nasionalis atau paling patriot, untuk sedikit berkorban bagi rakyatnya sendiri pun seperti disuruh njegur sumur (terjun ke dalam sumur). Apalagi berkorban untuk Allah yang memerlukan pengenalan kepada-Nya.
Bahkan, karena kurang pengenalan ini, justru Allah-lah yang sering di-"korban"-kan. Masya Allah. Karena tidak tahu bahwa Allah menghendaki semuanya mendekati-Nya, maka baru merasa memiliki Allah saja, sudah merasa paling dekat kepada-Nya dan tidak suka bila ada orang lain berusaha ikut mendekati-Nya.
Karena tidak tahu bahwa Allah menghendaki dan memfitrikan perbedaan, maka baru "memiliki" keyakinan yang belum tentu benar saja (karena yang mutlak pasti benar hanya Allah), sudah mentang-mentang melarang orang lain "memiliki" keyakinan sendiri. Karena tidak tahu bahwa Allah menghendaki manusia hidup harus saling menghargai, maka baru "memiliki" pengetahuan sedikit saja sudah tidak sudi mengorbankan waktu untuk mendengarkan orang lain. Baru memiliki kekuasaan sedikit saja, sudah marah diminta berkorban untuk mendengarkan dan mencerna kritikan.
Semoga tahun ini kita dapat merayakan Idul Adha dengan mengagung Allah. Bagi yang mampu, dapat berkurban (dengan ’u’) dengan semangat berkorban (dengan ’o’) dan menghayati maknanya bagi upaya ber-qurban, mendekatkan diri kepada Allah. Taqabbalallahu minnaa wa minkum! Taqabbal ya Kariem!
Agar Anda diterima menjadi PNS, berapa Anda mau mengorbankan biaya, tenaga, dan materi? Agar Anda bisa ikut menjadi calon lurah, berapa Anda berani mengorbankan biaya? Bila sudah menjadi calun, agar terpilih, pastilah Anda akan lebih banyak lagi bersedia berkorban. Agar masuk daftar caleg nomor jadi, atau dipilih sebagai anggota DPD, berapa Anda berani berkorban harta dan tenaga? Agar Anda bisa menjadi calon presiden…
Dalam rangka agar anak Anda menjadi "orang", berapa Anda ikhlas berkorban? Untuk menyelamatkan nyawa kekasih Anda -suami, istri, anak, dlsb-, berapa Anda berani mengorbankan milik Anda? Untuk menyelamatkan nyawa atau sekadar kepentingan diri Anda sendiri, berapa Anda bersedia mengorbankan apa yang Anda punyai? Insya Allah, Anda akan menjawab spontan: "Aku bersedia mengorbankan segalanya!"
Seukur kecintaan dan pemahaman atau kesadaran itulah, besar kecilnya pengorbanan rela dipersembahkan. Orang yang hanya mencintai diri sendiri atau hanya memahami dan menyadari pentingnya diri sendiri tentu tidak dapat kita bayangkan bersedia mengorbankan sesuatu untuk yang lain. Orang yang tidak mencintai negara dan bangsanya atau tidak memahami dan menyadari pentingnya hal itu jangan harapkan mau berkorban untuk negara dan bangsanya. (Dan masya Allah, ternyata cukup banyak orang yang seperti ini, bukan? Banyak sekali orang yang merasa hidup di awang-awang sendiri, terlepas dari kaitan dengan negara dan bangsanya. Negara dan bangsa hanya dianggap perlu bagi urusan orasi dan agitasi. Banyak yang ingin senang sendiri; padahal jika dipikir, apa enaknya senang sendiri di negara yang terpuruk dan di tengah-tengah bangsa yang menderita).
Kecintaan yang terbesar yang segera dapat dipahami dan disadari hampir semua orang pastilah kecintaan kepada diri sendiri dan anak. Untuk dan demi diri sendiri dan anak inilah, kita sering menyatakan -dan bahkan membuktikan- bersedia mengorbankan "segalanya".
Sekarang bayangkan; Nabi Ibrahim a.s. yang bersedia dengan ikhlas hati mengorbankan nyawa belahan hatinya, anaknya sendiri dan Nabi Ismail a.s. yang bersedia dengan ikhlas mengorbankan dirinya. Adakah yang lebih berharga di dunia ini melebihi nyawa anak dan diri sendiri? Sikap tulus Nabi Ibrahim dan putranya seolah menjawab dengan tegas: "Ada. Ada yang jauh lebih berharga daripada itu. Yaitu, keridhaan Allah Sang Pencipta." Pengorbanan yang luar biasa dari manusia-manusia luar biasa -oleh kecintaan yang luar biasa- demi Yang Maha Luar Biasa.
Kita yang mengaku juga ingin mendapatkan ridha Tuhan kita, Allah SWT, wahai, seberapa besarkah kesediaan kita berkorban untuk hal-hal yang dapat mendekatkan diri kita kepada keridhaan-Nya. Berkorban untuk sesama, untuk negara dan bangsa, untuk agama? Untuk-Nya? Kiranya, jawabnya ada pada jawaban atas pertanyaan: sebesar apakah kecintaan kita kepada-Nya dan seberapa jauh pemahaman dan kesadaran kita.
Wallahu a’lam.